Saudah Bintu Zam’ah, Pengisi Kesunyian Hati Nabi
Kategori: Majalah “Syariah” Edisi 2
(ditullis oleh: Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran)
Dalam kesendirian dan kehampaan hati terenggutnya istri tercinta, dia hadir membawa nuansa bagi manusia yang paling mulia, dengan keceriaan jiwa yang dimilikinya. Kebesaran jiwanya membuat dirinya senantiasa di sisi Rasulullah. Dialah Saudah bintu Zam’ah…
Tersebut satu nama mulia yang tak kan lepas dari kehidupan Rasulullah r, mengisi kesunyian jiwa beliau setelah wafatnya Khadijah bintu Khuwailid x. Dia Ummul Mukminin Saudah bintu Zam’ah bin Qais bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Wadd bin Nashr bin Malik bin Hasl bin ‘Amir bin Lu`ai bin Ghalib Al-Qurasyiyyah Al-‘Amiriyyah yang memiliki kunyah Ummul Aswad. Ibunya adalah Asy-Syamus bintu Qais bin Zaid bin ‘Amr bin Labid bin Khaddasy bin ‘Amir bin Ghanam bin ‘Adi bin An-Najjar.
Bersama suaminya, As-Sakran bin ‘Amr Al-‘Amiri, Saudah bintu Zam’ah menyongsong cahaya keimanan yang dibawa Rasulullah r. Walaupun dengan itu, ia harus menanggung derita dan siksaan dari orang-orang musyrikin yang hendak mengembalikan mereka ke dalam kesesatan dan kesyirikan.
Saat siksaan dan himpitan itu bertambah berat, berhijrahlah Saudah dan suaminya dalam barisan delapan orang shahabat Rasulullah r. Namun tak berapa lama muhajirin Habasyah ini pulang kembali ke negeri mereka.
Sekembalinya mereka dari Habasyah ke Makkah, As-Sakran bin ‘Amr meninggal dunia. Saudah bintu Zam’ah kehilangan suami tercinta. Kini dia menjanda.
komentar terhangat